Balik Kampuang ke Tanah Minangkabau: The Itinerary & The Culinary

Setelah ngelirik-lirik postingan pertama saya di blog ini, ternyata saya pernah mengutarakan harapan saya agar bisa berkesempatan untuk coba makanan-makanan baru di luar kota ataupun luar negeri. Alhamdulillah harapan itu tercapai satu per satu dalam setengah tahun terakhir ini.

Anyway, setengah tahun terakhir ini kemana aja sih saya? memang bukan destinasi baru sih buat banyak orang (Malaysia di Agustus 2016 bersama Papa & Singapore di Desember 2016 bersama teman-teman kantor. Maafin belum share makan apa aja yang udah saya telen di dua liburan ini. I promise I will post it sooner or later). Tapi yang membuat setiap perjalanan saya berkesan adalah orang-orang yang liburan bersama saya. 

Dan yang sangat berkesan adalah ketika beberapa pekan lalu (dan setelah 22 tahun lamanya), saya kembali ke kampung halaman saya di Sumatera Barat.

Lengkap dengan Keluarga dan Keponakan.

Sebelum keberangkatan kami kesana, persiapan disamping booking hotel di Bukittinggi dan Padang dan tiket pesawat PP yaitu booking rental mobil yang akan digunakan selama kami disana. I recommended you who read this using Fahri Tour service when you are planning a vacation to Sumbar. Saat itu kami sekeluarga langsung dilayani oleh Pak Rahmat selaku owner jasa ini. Mobil yang ditawarkan beragam dan harganya bersahabat. Harga sewa 1 harinya untuk sekelas Kijang Innova dikenakan Rp 600.000 untuk perjalanan di Padang dan Rp 700.000 untuk perjalanan diluar Padang (sudah include bensin dan penginapan untuk si bapak yang nganterin kita lho!). Mobil yang kami pakai disana adalah KIA Travello mengingat jumlah kami sekeluarga adalah 7 orang dengan koper-koper besar. Setelah nego antar orang minang (Bokap dan Pak Rahmat) kami sekeluarga akhirnya hanya membayar Rp 2.800.000 aja untuk 4 hari, which is itu harga Innova tapi kami pakai KIA Travello. Yuhuu! Pak Rahmat juga sangat baik, afal jalan dan membantu kami mengatur itinerary selama di Bukittinggi dan Padang. Detailnya lanjut di paragraf berikutnya ya.

DAY 1 - Bukittinggi (Jumat, 24 Maret 2017)
Rumah Makan Kiambang Raya
Persis setelah mendarat di Padang dan menunggu bapak-bapak solat jumat, kami meluncur ke rumah makan yang terletak di Jalan raya Padang - Bukittinggi untuk makan siang. Yang khas disini adalah Ikan Bakarnya. Dan yang paling bikin seneng, udah makan ber 8 orang, pake nambah-nambah ikan dan nasi segala, total yang kami bayar saat itu dibawah Rp 300rb. Super sekali.







One of the best Ikan Bakar

Terong Balado


Air Terjun Lembah Anai
Ini adalah mandatory spot jika kita berlibur ke Sumater Barat. Letaknya juga strategis karena dipinggir jalan antara Padang dan Bukittinggi. Just a typical waterfall, tapi suasananya sejuk dan bisa ambil foto duduk atau berdiri diatas batuannya. Tiket masuknya juga cuma Rp 6.000 perak. Tapi hati-hati ya sama barang bawaan, disana banyak monyet layaknya di Uluwatu yang bisa ambil barang kita sesukanya.




Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau
Berdasarkan informasi dari Pak Rahmat, tempat ini bisa jadi alternatif untuk mengabadikan momen menggunakan pakaian adat Minangkabau dengan latar Rumah Gadang disamping Istana Pagaruyung. Alasannya karena disini udaranya lebih sejuk dan gak seramai disana. Harga sewa pakaian adat sebesar Rp 25.000 per orang dan bisa dipakai sampai kita puas berfoto-foto.



Ayam Penyet Wong Semarang 
(Jl. Veteran No.62, Puhun Tembok, Mandiangin Koto Selayan, Kota Bukittinggi)
Wow. Ternyata masih ada makanan Jawa loh disini.

Baru sehari sampai sini, biar ngobatin kangen makanan dirumah kamipun diajak ke restoran ini. Prasangka awal, yakin nih enak rasanya? Kamipun pesan beberapa menu diantaranya Ayam Goreng Saos Padang, Kangkung Blacan dan Sop Ayam. Ternyata beneran enak! Sop Ayamnya bener-bener banyak ayamnya, gak ada amis ayam sama sekali. Ayam Goreng Saos Padangnya juga disajikan panas dan banyak bumbu. Kangkungnya pun demikian. Porsi nendang, harganya? lagi-lagi kami sekeluarga hanya merogoh kocek dibawah Rp 300rb. Heaven.

Sorry for not displaying any picture of the food. Udah laper banget pas kesini jadi langsung disikat.

DAY 2 - Bukittinggi, Payakumbuh & Batusangkar (Sabtu, 25 Maret 2017)
Jagung Super Manis F1 Aina 
(Batuhampar, Akabiluru, Kabupaten Lima Puluh Kota)
Dalam perjalanan kami ke Kelok 9, Pak Rahmat mengantarkan kami ke Kedai yang menyajikan cemilan serba jagung. Mulai dari risol jagung, donat jagung, pergedel jagung, kolak jagung sampai jus jagung. Well, menarik banget kan? Kami sekeluarga mencicipi donat jagung, risol jagung dan pergedel jagung. Untuk minumannya kami mencoba yang khasnya yaitu Kopi Kawa Daun. Kopi ini sebenarnya terbuat dari daun kopi. Aromanya seperti kopi tapi rasanya seperti teh. Ajaib kan? Konon munculnya kopi ini sejak jaman penjajahan Jepang. Ketika itu, kopi menjadi komoditas yang spesial yang hanya bisa dinikmati oleh bangsawan Jepang di Tanah Minangkabau. Sebagai gantinya, para pribumi akhirnya membuat Kopi Kawa Daun. Selain dari rasa dan aromanya, cara minum kopi ini yang khasnya menggunakan wadah yang terbuat dari batok kelapa agar aromanya lebih nikmat. Kadar kafein pada Kopi Kawa Daun lebih rendah dibanding kopi biasa namun antioksidannya lebih tinggi dibandingkan teh. Khasiat dari Kopi Kawa Daun juga cukup banyak, salah satunya untuk menurunkan tekanan darah bagi yang hipertensi.
Pergedel Jagung, pake 'G'


Kopi Kawa Daun yang disajikan di batok kelapa

Bakwan Jagung mini bites. Sekali makan langsung telen.

Risol Jagung

Azek


Kelok 9
This is another mandatory spot yang kami datangi. Terletak diantara Bukittinggi dan Payakumbuh, Kelok 9 menyajikan panorama bukit-bukit dengan jalannya yang berkelok sangat tajam. Sensasi jalanan berkelok tajam dan sempit yang membuat perjalanan kami makin seru. Sampai akhirnya kami berhenti di satu spot untuk mengambil foto berlatar Kelok 9.


Full team!

Mandatory jumping selfie at my favorite spot


Lembah Harau
Terletak di Payakumbuh, Lembah Harau menjadi destinasi yang favorit karena menyajikan pemandangan alam yang sangat indah. BIsa langsung dilihat di foto-foto dibawah ini.

The A Team


Echo Resort, Lembah Harau. This scenery reminds me of childhood's typical drwaing, isn't it?


Restoran Pongek "Or" Situjuah, Payakumbuh 

(Jl. Khatib Sulaiman, Limbukan, Payakumbuh Selatan)
Pongek adalah istilah untuk bumbu santan pedas yang sering kita jumpai pada masakan minang.  Sesuai namanya, restoran yang terletak di Payakumbuh Selatan ini menyajikan makanan dengan bumbu Pongek. Yang terkenal disini adalah Pongek Nangka Sayurnya yang agak lain daripada restoran minang pada umumnya. Nangka Sayur yang disajikan disini dipotong melebar dan makannya juga harus dipotong dulu dengan sendok. Rasanya...the best! Selain itu, tipikal restoran minang tersedia juga Asam Padeh, Ayam Goreng, Ikan Bakar, Jariang (jengkol balado), Rendang tersedia berjejer di meja makan kami. Ohya, harus cobain juga Talua Renda (telur dadar yang digoreng deep fried, bentuknya tipis keriting seperti renda). Super Enak!

Gausah tanya harga lagi, kami masih sukses makan sekeluarga dibawah Rp 300rb disini pakai nambah-nambah.

Pongek Nangka

Santen, Santen all the time

Istano Basa Pagaruyung
Tempat dimana semua wisatawan Sumatera Barat berfoto menggunakan pakaian adat. Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, cuaca dan udara di Istana ini lebih gerah dibanding Pusat Informasi dan Kebudayaan Minangkabau yang kami datangi di hari pertama. Merupakan istana peninggalan Kerajaan Pagaruyung dengan Adityawarman sebagai Raja yang konon mendirikan kerajaan tersebut. Istana ini sebenarnya merupakan replika Istana asli yang telah terbakar pada tahun 1804 dan dibangun kembali replikanya pada tahun 1976. Dihalaman depan istana, banyak terpasang bendera berwarna hitam, merah dan kuning seperti bendera Jerman yang disebut Marawa. Kami sekeluarga menikmati keindahan Istana dari luar dengan Wara-Wiri didampingi pemandu wisata yang menjelaskan sejarah disetiap sudut Istana. Adapun HTM Istana Rp 7.000/orang dan naik Wara-Wiri Rp 5.000/orang. 

Abaikan Naruto dan Elsa Frozen









Danau Singkarak
Hari sudah terlanjur sore, namun kami sekeluarga masih sempat diantarkan ke salah satu danau terbesar di Pulau Sumatera. Gak bisa banyak cerita karena saat kami kesini, cuaca sedang hujan gerimis sehingga panorama alam disekitarnya ketutup kabut dan gak keliatan jelas :( tapi first impression saya ketika pertama kali liat danau ini "Ini danau apa laut ya?" benar-benar seluas itu. Di sekitar danau, banyak masyarakat lokal yang berdagang Ikan Bilih yang dibanderoll seharga + Rp 200rb per Kgnya. Cocok buat oleh-oleh dan paling enak dimasak pakai bumbu balado hijau.

Bopet Gumarang
(Jl. M. Syafei no. 53, Padang Panjang)
Akhirnya kami berkesempatan makan soto padang langsung dari tempatnya. Typical seperti di Jakarta, Bopet Gumarang tidak hanya menyajikan soto padang, namun tersedia juga martabak telor dengan potongan daging didalamnya serta saus asam manis dengan irisan cabe rawit hijau. Hmm, enak sih, tapi saya masih ngerasa lebih enak Martabak Kubang dekat rumah saya ya...akhirnya buat memuaskan hati saya pesen minuman kesukaan saya ketika makan martabak telor yaitu: Teh Talua atau Teh Telor! buat kalian yang mungkin jijik ngebayangin gimana rasanya teh talua, percaya deh, seenak itu. Bahkan amis telornya gak ada sama sekali karena teh talua disajikan dengan seiris jeruk nipis untuk menghilangkan amis telor. Alhamdulillahnya teh talua disini enak banget, bahkan lebih kental dan lembut dibanding yang ada didekat rumah saya.


Teh Talua



DAY 3 - Bukittinggi (Minggu, 26 Maret 2017)
Sanjai Ummi Aufa Hakim
(Jl. Sukarno Hatta Ganting – Bukitinggi)
Sambil menikmati sisa hari kami di Bukittinggi, kami menyempatkan diri untuk membeli oleh-oleh untuk rekan kantor dan beberapa kerabat di Sanjai Ummi Aufa Hakim. Gatau deh ya, menurut saya sih semua sanjai pada dasarnya sama. Keripik singkong dikasih balado. Sama-sama berminyak, pedes manis dan renyah-renyah alot. Tapi ini merupakan sanjai yang saya percaya enak dan terkenal karena sudah pernah nyobain sebelumnya dari oleh-oleh teman kantor yang asli minang. Jadi beli lagi deh disini. Dan seneng banget ternyata disini jual Kopi Kawa Daun dalam bentuk seduhan isi 15 kantong sekotaknya!

Lawang Park (Panorama Danau Maninjau) dan Kelok 44
Ini bukan seperti Taman Lawang di Jakarta yang banyak banci jualan anak anjing ya.

Lawang Park merupakan spot diatas bukit yang menyajikan panorama Danau Maninjau. Perjalanan kesana berkelok-kelok dan pastinya melewati Kelok 44 yang bikin pusing. Mau foto minum kopi sambil lihat pemandangan danau atau foto ala-ala di rumput yang hijau berlatar danau yang indah? disinilah tempat yang tepat.


Saat kami kesini lagi berkabut, jadi Danau Maninjaunya agak samar




TARUKO Cafe and Resto
Sebenarnya kami gak ada rencana sama sekali untuk ke cafe ini. Bahkan kami gak tahu ada cafe seindah ini dibagian bawah Ngarai Sianok. Pertemuan kami dengan salah satu saudara Papa yang ternyata mengelola cafe inilah yang menggiring kami kesini.



Kayladut nampak senang


Jus Mangga oh Jus Mangga.......

Nasi Dendeng Balado

Suasana dibelakang restoran (1)

Suasana dibelakang restoran (2)

Next Destination to go


Harga makanannya agak pricy dibanding restoran yang kami datangi sebelumnya. Tapi gak seperti cafe di Jakarta yang cuma menang interior tapi harga makanannya selangit dan porsi seiprit. Disini wajib cobain Nasi Dendeng Balado dan Mango Juicenya, super banget! Semuanya terbayar dengan baik karena pemandangan cafe yang ternyata seindah itu. Terdapat aliran sungai serta hamparan rumput hijau yang masih sangat asri lengkap dengan kerbau milik masyarakat lokal yang dilepas di area cafe. Puas-puasin deh ambil foto buat penuhin gallery Instagram kalian disini :)

Lagi-lagi, pas bayar di kasir masih under Rp 300rb. Mantap.

Lobang Jepang (Panorama Ngarai Sianok)
Sebenarnya kami sudah cukup puas melihat panorama Ngarai Sianok langsung di cafe Taruko. Tapi karena tempat ini masuk mandatory spot jadinya kami menyempatkan diri kesini. Adalah salah satu bunker sepanjang 1400 m yang dibuat oleh romusha sebagai basis pertahanan saat Jepang masih menjajah Indonesia. Saya gak masuk kedalamnya karena horor dan udah sangat lapar. Hati-hati disini juga banyak monyet liar yang jauh lebih liar daripada di Lembah Anai. Monyet disini suka mengambil minuman botol yang ditenteng pengunjung.

Akhirnya liat lukisan yang suka ada di restoran padang di Jakarta





Nasi Kapau Linda & Jajanan Pasar Ateh Jam Gadang
Lokasinya terletak didalam Pasar Ateh Jam Gadang. Seporsi nasi kapau seharga Rp 25.000 bisa dipilih sendiri lauknya. Mau jeroan, mau rendang, bebas. Saat itu saya makan Nasi Ayam Goreng Lado Hijau pakai Gulai Kacang Panjang, Bumbu Rendang campur Keripik Singkong dan Emping. dan nasinya pun nambah karena....

PLIS INI ENAK PAKE BANGET. MAU LAGI.

Selain kedai nasi kapau, Pasar Ateh menyajikan banyak jajanan khas Minangkabau seperti Pisang Epe, Ampiang Dadiah (susu kerbau fermentasi yang disiram gula merah cair) serta aneka makanan garing seperti Sanjai, Kerupuk Kulit, Keripik Ubi, Belut Goreng, Pari Goreng, dll. Disamping itu juga terdapat oleh-oleh seperti tas, baju, gantungan kunci, magnet dan perkakas rumah tangga. Suasananya benar-benar mirip Pasar Mayestik.








DAY 4 - Padang (Senin, 27 Maret 2017)
Pantai Air Manis
Air laut tetap air laut. Masih asin kok.

Pantai yang terletak di pesisir Kota Padang ini menjadi salah satu latar legenda Malin Kundang. Patung Malin Kundang yang konon dikutuk Ibunya menjadi batu terletak disini. Tapi pada kenyataanya sih, saya gak lihat patungnya ada dimana karena terlalu asik main ATV. Cukup dengan Rp 100.000 saja kita bisa bermain ATV  selama 1 Jam sepanjang Pantai Air Manis. Pantainya sangat bersih namun sayangnya papan informasi tentang pantai ini sangat sedikit. Bahkan saya juga gak lihat patung Malin Kundang yang sujud karena gak ada papan informasi yang mengarahkan lokasi patung tersebut. Semoga pemerintah daerah setempat dapat lebih mengembangkan daerah wisata yang potensial ini.



Bukan kampanye ya

Teluk Bayur
Kalau sudah di Padang, memang cocoknya puas-puasin bermain di pantai. Teluk Bayur menjadi mandatory spot di kota ini. Merupakan pelabuhan yang aktif di Sumatera Barat yang menjadi gerbang arus ekspor impor di Sumater Barat. Garis pantainya yang sangat jernih bisa kalian nikmati di kedai masyarakat lokal di perbukitan sepanjang Teluk Bayur sambil minum Teh Es.
Mom


Cheers

Soto Garuda
(Jl. S Parman No.110, Lolong Belanti, Padang Utara, Lolong Belanti, Padang Utara)
Ini adalah makan siang terakhir di liburan kami. Soto Garuda menyajikan aneka soto padang berbagai campuran mulai dari daging, paru, gado-gado padang, dll. Rasa sotonya menurut saya enak karena aroma bumbu rempahnya cukup kuat meskipun secara penyajian bagi saya kurang berminyak untuk soto padang. But overall, not that bad!
Soto Padang pakai daging

Gado-Gado Padang


Es Duren Iko Gantinyo
(Jl. Pulau Karam No.9, Kp. Pd., Padang Bar., Kota Padang, Sumatera Barat)
Cuma ini satu-satunya kedai es duren yang bikin seorang Khana yang sangat anti duren bisa menikmati duren. Rp 22.000 udah bisa nikmatin es duren (dan es serutnya pun rasa duren) original sebelum menutup perjalan kami pulang ke Jakarta.



Well, semoga postingan ini bisa berguna bagi kalian yang mau berlibur ke Sumatera Barat explore kulinernya dan mendalami keindahan budaya Indonesia. Saya sangat bersyukur bisa berlibur sekeluarga, menikmati kuliner yang semuanya enak sambil menelaah budaya kampung halaman. Kalau ada kuliner khas lainnya yang belum termention disini, saya tunggu commentnya dan semoga suatu saat saya bisa kembali kesini dan mencicipi makanan khas yang belum saya coba.



See you!

Komentar

Postingan Populer